Friday 6 April 2012


( KAIDAH KE 19 )

إذَا كَانَ فَاءُ تَفَعَّلَ وَتَفَاعَلَ تَاءً أَوْ ثَاءً أوْ دَالاً أوْ ذَالاَ أَوْ زَايًا أوْ سِيْنًا أَوْ شِيْنًا أَوْ صَادًا أَوْ ضَادًا أَوْ طَاءً أَوْ ظَاءً يَجُوْزُ قَلْبُ تَائِهِمَا بِمَا يُقَارِبُهُ فِِي الْمَخْرَجِ ثُمَّ أُدْغِمَتِ اْلاُوْلَى فِي الثَّانِيَّةِ بَعْدَ جَعْلِ أَوَّلِ الْمُتَقَارِبَيْنِ مِثْلَ الثَّانِيْ لِلْمُجَانَسَةِ مَعَ اجْتِلاَبِ هَمْزَةِ الْوَصْلِ لِيُمْكِنَ اْلاِبْتِدَاءُ بِالسَّاكِنِ نَحْوُ اِتَّرَسَّ وَاِثَّاقَلَ وَاِدَّثَّرَ واِذَّكَّرَ وَاِزَّجَّرَ وَاِسَّمَّعَ وَاِشَّقَّقَ وَ اِصَّدَّقَ وَاِضَّرَّعَ وَاِظَّهَّرَ وَاِطَّاهَرَ أصْلهَا تَتَرَّسَ وَ تَثَاقَلَ وَ تَدَثَّرَ وَ تَذَكَّرَ وَ تَزَجَّرَ وَ تَسَمَّعَ وَ تَشَقَّقَ وَ تَصَدَّقَ وَ تَضَرَّعَ وَ تَظَهَّرَ وَ تَطَاهَرَ.

Apabila ada kalimat yang mengikuti Wazan  تَفَعَّلَ dan تَفَاعَلَ dan Fa’ Fi’ilnya berupa  huruf ت ث، د، ذ، ز، س, ش, ص ض,, ط,ظ  ,maka Ta’ dari kedua wazan tersebut boleh diganti dengan huruf yang mendekati dalam Makhrojnya (ت s/d ظ ),kemudian huruf yang pertama diidghomkan pada huruf yang kedua,demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrojnya tersebut dijadikan serupa dengan huruf yang kedua serta memasang Hamzah Washol untuk mengawali huruf yang mati. Contoh: اِتَّرَسِ , اِثَّاقَلَ, اِدَّثَّرَ, اِذَّكَّرَ, اِزَّجَّرَ, اِسَّمَّعَ, اِشَّقَّقَ, اِصَّدَّقَ, اِضَّرَّعَ, اِظَّهَّرَdan اِطَّاهَرَ asalnya تَتَرَّسَ, تَثَاقَلَ, تَدَثَّرَ, تَذَكَّرَ, تَزَجَّرَ, تَسَمَّعَ, تَشَقَّقَ, تَصَدَّقَ, تَضَرَّعَ, تَظَهَّرَ dan تَطَاهَرَ . 
Praktek I’lal :
اِتَّرَسَ
اِتَّرَسَ  asalnya  تَتَرَّسَ  mengikuti wazan  تَفَعَّلَ  huruf  Ta’ yang pertama disukun sebagai  syarat idghom maka menjadi تْتَرَّسَ  maka Ta’ yang pertama diidghomkan  pada  Ta’ yang kedua karena sejenis serta mendatangkan Hamzah Washol di permulaannya supaya memungkinkan mendahului membaca huruf yang mati.Maka menjadi اِتَّرَسَ
اِثَّاقَلَ
اِثَّاقَلَ  asalnya تَثَاقَلَ  mengikuti wazan تَفَاعَلَ huruf  Ta’ diganti  Tsa’ karena berdekatan Makhrojnya,maka menjadi ثَثَاقَلَ kemudian huruf Tsa’ yang pertama disukun sebagai syarat idghom maka menjadi  ثَثَاقَلَ .maka Tsa’ yang pertama di-idghamkan pada Tsa’ yang kedua karena huruf sejenis serta mendatangkan Hamzah Washol di permulaannya supaya memungkinkan mendahului membaca huruf yang mati. Maka menjadi اِثَّاقَلَ .
Lafadz  اِدَّثَّرَ, اِذَّكَّرَ, اِزَّجَّرَ, اِسَّمَّعَ, اِشَّقَّقَ, اِصَّدَّقَ, اِضَّرَّعَ, اِظَّهَّرَ  dan اِطَّاهَرَ .dapat diI’lal dengan diikutkan pada peng-I’lalan pada lafadz اِثَّاقَلَ.


( KAIDAH KE 18 )

إِذَا كَانَ فَاءُ اِفْتَعَلَ وَاوًا أوْ يَاءً أوْ ثَاءً قُلِبَتْ فَاؤُهُ تَاءً لِعُسْرِالنُّطْقِ بِحَرْفِ اللَّيْنِ السَّاكِنِِ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنْ مُقَارَبَةِ الْمَخْرَجِ وَمُنَافَاةِ الْوَصْفِ ِلأَنَّ حَرْفَ اللَّيْنِ مَجْهُوْرَةٌ وَالتَّاءُ مَهْمُوْسَةٌ  نَحْوُ اِتَّصَلَ وَ اِتَّسَرَ وَ اِثَغَرَ أصْلهَا اِوْتَصَلَ وَ اِيْتَسَرَ وَ اِثَتَغَرَ

Apabila ada kalimat mengikuti wazan اِفْتَعَلَ dan Fa’ Fi’ilnya berupa huruf wau,Ya’ atau Tsa’, maka huruf  Fa’ Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta’,karena sulitnya mengucapkah huruf “Layn” (لَيْن) yang mati yang bertemu dengan huruf Ta’.Dan diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrojnya dan berbeda sifatnya, karena huruf “layn” (وي) bersifat Jahr  sedangkan huruf  Ta’ bersifat Hams. Contoh: اِتَّصَلَ , اِتَّسَرَdanاِثَغَرَ asalnya اِوْتَصَلَ , اِيْتَسَرَ dan اِثَتَغَرَ. 




Praktek I’lal:
اِتَّصَلَ
اِتَّصَلَ asalnya  اِوْتَصَلَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Vawu diganti Ta’ karena sulitnya mengucapkah huruf “Layn” (لَيْن) yang mati yang bertemu dengan huruf Ta’.Dan diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrojnya dan berbeda sifatnya, karena huruf “layin” (وي) bersifat Jahr  sedangkan huruf  Ta’ bersifat Hams, maka menjadi اِتْتَصَلَ  kemudian Ta’ yang pertama diidghomkan pada Ta’ yang kedua karena keduanya adalah huruf yang sejenis maka menjadi  اِتَّصَلَ.
اِتَّسَرَ
اِتَّسَرَ asalnya اِيْتَسَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ya’ diganti Ta’ karena sulitnya mengucapkah huruf “Layn” (لَيْن) yang mati yang bertemu dengan huruf Ta’.Dan diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrojnya dan berbeda sifatnya, karena huruf “layin” (وي) bersifat Jahr  sedangkan huruf  Ta’ bersifat Hams, maka menjadi اِتْتَصَلَ  kemudian Ta’ yang pertama diidghomkan pada Ta’ yang kedua karena keduanya adalah huruf yang sejenis maka menjadi اِتَّسَرَ.


وَإنْ كَانَ ثَاءً يَجُوْزُ قُلْبُ تَاءِ اِفْتَعَلَ ثَاءً ِلاتِّحَادِهِمَا فِي الْمَهْمُوْسِيَّةِ نَحْوُ اِثَغَرَ أَصْلُهُ اِثَتَغَرَ.

Apabila ada Fa’ fi’il dari kalimat yang mengikuti wazan اِفْتَعَلَ berupa Tsa’,maka boleh mengganti Ta’ dengan Tsa’ karena keduanya sama-sama memilik sifat Hams.Contoh: اِثَغَرَ asalnya اِثَتَغَرَ .
Praktek I’lal:
اِثَغَرَ
 اِثَغَرَ asalnya اِثَتَغَرَ mengikuti wazan  اِفْتَعَلَ huruf Ta’ diganti Tsa’ karena sama-sama bersifat Hams, maka menjadi اِثَثَغَرَ kemudian Tsa’yang pertama diidghomkan pada Tsa’yang keduanya karena keduanya adalah huruf yang sejenis,maka menjadi  اِثَغَرَ .
Huruf Hams ada 10 Yaitu:
ت nad,ك,س,ص,خ,ش, هـ ,ِث,ح,ف






اِتَّخَذَ
اِتَّخَذَ asalnya اِئْتَخَذَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ huruf Hamzah yang kedua diganti  Ya’ karena Hamzah mati dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berharokat kasroh,maka menjadi اِيْتَخَذَ kemudian huruf Ya’ diganti Ta’ (tanpa mengikuti kias*)kemudian Ta’ yang pertama diidghomkan pada Ta’ yang kedua karena sejenis,maka menjadi اِتَّخَذَ.
Pergantian Ya’ dengan Ta’ tidak mengikuti Qias yakni termasuk dari perihal Syadz (langka).

Thursday 5 April 2012


( KAIDAH KE 17 )

إِذَا كَانَ فَاءُ اِفْتَعَلَ دَالاً أوْ ذَالاً أوْ زَايًا قُلِبَتْ تَاؤُهُ دَالاً لِعُسْرِالنُّطْقِ بِهَا بَعْدَ هَذِهِ الْحُرُوْفِ وَإنَّمَا تُقْلَبُ التَّاءُ بِالدَّالِ لِقُرْبِهِمَا مَخْرَجًا نَحْوُ اِدَّرَأَ وَ اِذَّكَرَ وَ اِزْدَجَرَ أصْلهَا اِدْتَرَأَ وَ اِذْتَكَرَ وَ اِزْتَجَرَ.

Apabila ada Fa’ Fi’il  wazan  اِفْتَعَلَ berupa huruf Dal,Dzal dan Za’,maka huruf Ta’ (Ta’ zaidah wazan اِفْتَعَلَ ) yang jatuh sesudah huruf Dal,Dzal dan Za’ harus diganti Dal,karena sulitnya mengucapkan Ta’ yang jatuh setelah huruf Dal,Dzal dan Za’. Digantinya Ta’ dengan Dal’ karena huruf Dal dan Ta’ berdekatan didalam makhrojnya.Contoh:ئِدَّرَأَ , اِذَّكَرَ dan اِزْدَجَرَ  asalnya اِدْتَرَأَ , اِذْتَكَرَdan اِزْتَجَرَ.
Praktek I’lal:
اِدَّرَأَ
اِدَّرَأَ asalnya اِدْتَرَأَ mengikuti wazan  اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Dal karena sulitnya mengucapkan huruf Ta’ yang jatuh  setelah huruf Dal dan karena Ta’ dan Dal saling berdekatan didalam Makhrojnya, maka menjadi  اِدْدَرَأَ. kemudian Dal  yang pertama di-idghomkan pada Dal  yang  kedua  karena  sejenis, maka menjadi  اِدَّرَأَ.

اِذَّكَرَ
اِذَّكَرَ asalnya اِذْتَكَرَ mengikuti wazan  اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Dal karena sulitnya mengucapkan huruf Ta’ yang jatuh  setelah huruf Dal dan karena Ta’ dan Dal saling berdekatan didalam Makhrojnya, maka menjadi  اِذْدَكَرَ.Dan boleh mengganti Dal dengan Dzal karena Dal dan  Dzal saling berdekatan didalam Makhrojnya,maka menjadi  اِذْذَكَرَ,kemudian Dzal yang pertama diidghomkan pada Dzal yang kedua karena sejenis,maka menjadi  اِذَّكَرَ. (juga boleh di-i’lal sebagai berikut: kemudian Huruf Dzal diganti Dal kerena Dzal saling berdekatan didalam Makhrojnya, maka menjadi اِدْدَكَرَ kemudian Dal yang pertama diidghomkan pada Dal yang kedua karena sejenis, maka menjadi اِذَّكَرَ.)
اِزْدَجَرَ
اِزْدَجَرَ asalnya اِزْتَجَرَ  mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti  Dal karena sulitnya mengucapkan huruf Ta’ yang jatuh  setelah huruf Za’ dan karena huruf Ta’ dan Za’ saling berdekatan didalam makhrojnya, maka menjadi اِزْدَجَرَ.





( KAIDAH KE 16 )

إِذَا كَانَ الْفَاءُ اِفْتَعَلَ صَادًا أَوْ ضَادًا أَوْ طَاءً أَوْ ظَاءً قُلِبَتْ تَاؤُهُ طَاءً لِتَعَسُّرِ النَّطْقِ بِهَا بَعْدَ هَذِهِ الْحُرُوْفِ وَإِنَّمَا تُقْلَبُ التَّاءُ بِالطَّاءِ لِقُرْبِهِمَا مَخْرَجًا نَحْوُ اِصْطَلَحَ وَ اِضْطَرَبَ وَ إِطَّرَدَ وَ  اِظَّهَرَ أصْلهَا اِصْتَلَحَ وَ اِضْتَرَبَ وَ اِطْتَرَدَ وَ اِظتَهَرَ

Apabila ada Fa’ Fi’il dari wazan اِفْتَعَلَ  berupa huruf Shod,Dhod,Tho’ dan Dzo’(huruf Ithbaq),maka huruf  Ta’ yag jatuh sesudah huruf Ithbaq tersebut harus diganti Tha’,karena sulitnya mengucapkan huruf Ta’ yang jatuh setelah huruf Ithbaq.Digantinya Ta’ dengan Tho’ itu karena berdekatanya makhrojnya Ta’ dan Tho’.contoh:   اِصْطَلَحَ, اِضْطَرَبَ, إِطَّرَدَ dan اِظَّهَرَ asalnya اِصْتَلَحَ, اِضْتَرَبَ, اِطْتَرَدdan اِظتَهَرَ  .
Praktek I’lal:
اِصْطَلَحَ
اِصْطَلَحَ asalnya  اِصْتَلَحَ  mengikuti wazan  اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Tho’ karena sulitnya mengucapkan Ta’ yang jatuh setelah huruf Ithbaq dan karena saling berdekatannya makhrajnya Ta’ dan Tho’,maka menjadi اِصْطَلَحَ.
اِضْطَرَبَ
اِضْطَرَبَ asalnya  اِضْتَرَبَ mengikuti wazan  Ta’ diganti Tho’ karena sulitnya mengucapkan Ta’ yang jatuh setelah huruf Ithbaq dan karena saling berdekatannya makhrajnya Ta’ dan Tho’, maka menjadi اِضْطَرَبَ.
اِطَّرَدَ
اِطَّرَدَ asalnya اِطْتَرَدَ mengikuti wazan  اِفْتَعَلَ  Ta’ diganti Tho’ karena sulitnya mengucapkan Ta’ yang jatuh setelah huruf Ithbaq dan karena saling berdekatannya makhrajnya Ta’ dan Tho’,maka menjadi  اِطْطَرَدَ kemudian Tho’ yang pertama diIdghomkan pada Tho’ yang kedua karena dua huruf yang sejenis, maka menjadi اِطَّرَدَ.
اِظَّهَرَ
اِظَّهَرَ  asalnya اِظتَهَرَ mengikuti wazan اِفْتَعَلَ Ta’ diganti Tho’ karena sulitnya mengucapkan Ta’ yang jatuh setelah huruf Ithbaq dan karena saling berdekatannya makhrajnya Ta’ dan Tho’, maka menjadi اِظطَهَرَ kemudian Tho’ diganti Zho’ karena sama-sama huruf isti’la’nya, maka menjadi  اِظْظَهَرَ kemudian Zho’ yang pertama diIdghomkan pada Zho’ yang kedua karena dua huruf yang sejenis, maka menjadi اِظَّهَرَ.
Huruf Isti’la’ ada 7 yaitu: خ, ص, ض, غ, ط, قِdanظ


AL-QO’IDAH
Apabila ada Wawu dan Ya’ berharokat dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berharokat fathah maka:
Ø  Jika Harokat Wawu dan Ya’ tersebut adalah Asli maka Wawu dan Ya’ tersebut harus diganti Alif Contoh: صَانَ  dan بَاعَ  asalnya صَوَنَ dan بَيَعَ
Ø  Jika Harokat Wawu dan Ya’ tersebut adalah tidak Asli maka tidak boleh dirubah Contoh: دَعَوُاالْقَوْمَ  asalnya   دَعَوْا أَلْقَوْمَ
Apabila setelah wawu dan Ya’ itu adalah huruf yang mati,maka diklarifikasikan sebagai berikut:
ü  Jika Wawu atau Ya’ tidak pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di I’lal, karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: بَيَانٌ, طَوِيْلٌ, خَوَرْنَقٌ.
ü  Jika Wawu dan Ya’ berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah I’lal ini. Contoh يَخْشَوْنَ asalnya يَخْشَيُوْنَ . Namun disyaratkan huruf yang mati setelah Wawu dan Ya’ tersebut bukan huruf Alif dan huruf Ya’ yang ditasydid,maka yang demikian juga tidak boleh di-I’lal. Contoh: رَمَيَا dan عَلَوِيٌّ



يَخْشَوْنَ

يَخْشَوْنَ  asalnya يَخْشَيُوْنَ  mengikuti wazan يَفْعَلُوْنَ Ya’ diganti Alif karena Ya’ berharokat dan jatuh setelah harokat Fathah yang sambung dalam satu kalimat,maka terjadilah pertemuan dua huruf yang mati yaitu huruf Alif dan Wawu,maka menjadi يَخْشَاوْنَ .kemudian huruf Alif dibuang untuk mencegah bertemunya dua huruf yang mati,maka menjadi يَخْشَوْنَ .

( KAIDAH KE 15 )

إِنَّ اسْمَ الْمَفْعُوْلِ إذَا كَانََََ مِنْ مُعْتَلِّ الْعَيْنِ وَجَبَ حَذْفُ وَاوٍ الْمَفْعُوْلِ مِنْهُ عِنْدَ سِيْبَوَيْهِ  نَحْوُ مَصُوْنٌ وَ مَسِيْرٌ أَصْلُهُمَا مَصْوُوْنٌ وَ مَسْيُوْرٌ

Sesungguhnya Isim Maf’ul apabila‘Ain Fi’ilnya berupa huruf ‘Ilat (Bina’ Ajwaf) maka wajib membuang Wawu Maf’ulnya menurut Imam Syibawaeh (menurut Imam lain yg dibuang adalah Ain Fi’ilnya). contoh: مَصُوْنٌ dan مَسِيْرٌ asalnya مَصْوُوْنٌ dan  مَسْيُوْرٌ
Praktek I’lal:
مَصُوْنٌ
مَصُوْنٌ   asalnya  مَصْوُوْنٌ  mengikuti wazan  مَفْعُوْلٌ  Harokat Wawu dipindah  pada huruf sebelumnya karena Wawu berharokat dan huruf sebelumnya adalah huruf shohih yang mati untuk menolak beratnya mengucapkan, maka menjadi مَصُوْوْنٌ ( lihat kaidah ke 2 ),maka terjadilah pertemuan dua huruf yang mati,yaitu Wawu yang pertama adalah Wawu ‘Ain Fi’il dam Wawu yang kedua adalah Wawu Maf’ul maka Wawu Maf”ulnya di buang untuk mencegah bertemunya dua huruf yang mati (menurut Imam Sibawaeh),maka menjadi مَصُوْنٌ .
مَسِيْرٌ
مَسِيْرٌ  asalnya مَسْيُوْرٌ  mengikuti wazan مَفْعُوْلٌ Harokat Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena Ya’ berharokat dan huruf sebelumnya adalah huruf shohih yang mati untuk menolak beratnya mengucapkan maka menjadi مَسُيْوْرٌ (lihat i’lal ke 2), maka terjadilah pertemuan dua huruf yang mati yaitu Ya’ ‘Ain Fi’il dan Wawu Maf’ul,untuk menolak beratnya mengucapkan,maka Wawu Maf’ulnya dibuang untuk menolak beratnya mengucapkan (menurut Imam Sibawaeh) maka menjadi  مَسِيْرٌ.
Normal 0 false false false
( KAIDAH KE 14 )

إِذَا كَانَتِ الْيَاءُ سَاكِنَةً وَكَانَ مَا قَبْلَهَا مَضْمُوْمًا أُبْدِلَتْ وَاوًا نَحْوُ يُوْسِرُ وَ مُوْسِرٌ أَصْلُهُمَا يُيْسِرُ وَ مُيْسِرٌ

Apabila ada Ya’ yang mati dan sebelumnya adalah huruf yang berharokat Dlommah maka huruf Ya’ harus diganti dengan Wawu. contoh: يُوْسِرُ   dan مُوْسِرٌ asalnya يُيْسِرُ  dan مُيْسِرٌ
Praktek I’lal:
يُوْسِرُ
يُوْسِرُ  asalnya يُيْسِرُ  mengikuti wazan يُفْعِلُ  Ya’ yang  kedua diganti dengan Wawu karena huruf Ya’ mati dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berharokat Dlommah,maka menjadi يُوْسِرُ .
مُوْسِرٌ
مُوْسِرٌ asalnya مُيْسِرٌ  mengikuti wazan مُفْعِلٌ  Ya’ diganti Wawu, karena huruf Ya’ mati dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berharokat Dlommah,maka menjadi  مُوْسِرٌ.